Social Icons

Pages

Thursday, December 13, 2012

jenis-jenis pendekatan fiks dan prosa


PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pendekatan adakalanya disamakan dengan metode Lebih lanjut, Ratna menguraikan bahwa secara etimologis, pendekatan berasal dari kata appropio, approach, yang diartikan sebagai jalan dan penghampiran. Pendekatan didefinisikan sebagai cara-cara menghampiri objek,sedangkan metode adalah cara-cara mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan data. Dengan dasar pertimbangan bahwa sebuah penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang tersusun secara sistematis dan metodis, maka perlu dibedakan antara metode dengan pendekatan.
Pendekatan pada dasarnya memiliki tingkat abstraksi yang lebih tinggi baik dengan metode maupun teori. Dalam sebuah pendekatan dimungkinkan untuk mengoperasikan sejumlah teori dan metode. Dalam hubungan inilah, pendekatan disejajarkan dengan bidang ilmu tertentu, seperti pendekatan sosiologi sastra, mitopoik, intrinsik dan ekstrinsik, pendekatan objektif, ekspresif, mimetik, pragmatik,dan sebagainya. Definisi tersebut bersifat relatif sebab yang jauh lebih penting adalah tujuan yang hendak dicapai sehingga sebuah pendekatan pada tahap tertentu bisa menjadi metode.Pendekatan adalah pengakuan terhadap hakikat ilmiah objek ilmu pengetahuan itu sendiri. Pendekatan mengimplikasikan cara-cara memahami hakikat keilmuan tertentu.Penelitian secara keseluruhan ditentukan oleh tujuan.Pendekatan merupakan langkah pertama dalam mewujudkan tujuan penelitian.Pada dasarnya, dalam rangka melaksanakan suatu penelitian, pendekatan mendahului teori dan metode.Artinya, pemahaman mengenai pendekatanlah yang seharusnya diselesaikan terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan penentuan masalah, teori, metode, dan tekniknya.


B.     Masalah
Adapun masalah yang dapat diambil dalam latarbelakang diatas yaitu :
1.      Apa Itupendekatan ekspresif, pendekatan mimesis, pendekatan pragmatik, dan pendekatan objektif ?
2.      Dapat mengetahui apa –apa yang terdapat di dalam pendekatan tersebut ?
C.    Tujuan
makalah ini bertujuan untuk :
1.   Bertujuan untuk mengetahui pengertian dan pembahasan tentang pendekatan dalam sastra.
2    Bertujuan untuk  mengetahuilangkah-langkah atau cirri umum yang terdapat di setiap pendekatan.










BAB II
PEMBAHASAN
Empat komponen utama pendekatan sastra yang dikemukakan Abrams menjadi bagian penting dalam teori strukturalisme.Empat pendekatan yang dimaksud adalah (1) pendekatan ekspresif, (2) pendekatan mimesis, dan (3) pendekatan objektif.
1.      Pendekatan Ekspresif
Pendekatan ekspresif ini tidak semata-mata memberikan perhatian terhadap bagaimana karya itu diciptakan tetapi bentuk-bentuk apa yang terjadi dalam karya sastra yang dihasilkan. Wilayah studi pendekatan ini adalah diri pengarang, pikiran dan perasaan, dan hasil-hasil karyanya. Pendekatan inidapat dimanfaatkan untuk menggali ciiri-ciri individualisme, nasionalisme,komunisme, feminisme, dan sebagainya dalam karya baik karya sastra individual maupun karya sastra dalam kerangka periodisasi.
Menurut Abrams (1958: 22) Pendekatan ekspresif ini menempatkan karya sastra sebagai curahan, ucapan, dan proyeksi pikiran dan perasaan pengarang.Pengarang sendiri menjadi pokok yang melahirkan produksi persepsi-persepsi, pikiran-pikiran, dan perasaan-perasaan yang dikombinasikan. Praktik analisis dengan pendekatan ini mengarah pada penelusuran kesejatian visi pribadi pengarang yang dalam paham struktur genetik disebut pandangan dunia.Seringkali pendekatan ini mencari fakta-fakta tentang watak khusus dan pengalaman-pengalaman sastrawan yang secara sadar atau tidak telah membukakan dirinya dalam karyanya tersebut.
Dengan demikian secara konseptual dan metodologis dapat diketahui bahwa pendekatan ekspresif menempatkan karya sastra sebagai:
(1) wujud ekspresi pengarang,
(2) produk imajinasi pengarang yang bekerja dengan persepsi - persepsi, pikiran-pikiran dan perasaan-perasaannya,
(3)produk pandangan dunia pengarang.
Secara metodis, langkah kerja yang dapat dilakukan melalui pendekatan ini adalah:
(1) memerikan sejumalah pikiran, persepsi, dan perasaan pengarang yang hadir secara langsung atau tidak di dalam karyanya,
(2) memetakan sejumlah pikiran, persepsi, dan perasaan pengarang yang ditemukan dalam karyanya ke dalam beberapa kategori faktual teks berupa watak, pengalaman, dan ideologi pengarang,
(3) merujukkan data yang diperoleh pada tahap (1) dan (2) ke dalam fakat-fakta khusus menyangkut watak, pengalaman hidup, dan ideologi pengarang secara faktual luar teks (data sekunder berupa data biografis), dan
 (4) membicarakan secara menyeluruh,sesuai tujuan, pandangan dunia pengarang dalam konteks individual maupun sosial dengan mempertimbangkan hubungan-hubungan teks karya sastra hasil ciptaannya dengan data biografisnya.
2.      Pendekatan Mimesis
Dasar pertimbangan pendekatan mimesis adalah dunia pengalaman, yaitu karya sastra itusendiri yang tidak bisa mewakili kenyataan yang sesungguhnya melainkan hanya sebagai peniruan kenyataan.Kenyataan di sini dipakai dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra, seperti misalnya benda-benda yang dapat dilihat dan diraba, bentuk-bentuk kemasyarakatan, perasaan, pikiran, dan sebagainya. Melalui pandangan ini, secara hierarkis karya seni berada di bawah kenyataan.
Akan tetapi Marxis dan sosiologi sastra memandang karya seni dianggap sebagai dokumen sosial; karya seni sebagai refleksi dan kenyataan di dalamnya sebagai sesuatu yang sudah ditafsirkan.
Sehubungan dengan pendekatan mimesis, sebagian ahli mengungkapkan konsep yang dipakai kaum Maxist. Menurut konsep ini konsep imitasi harus menjadi norma dasar telaah. Kritik Marxist menyatakan bahwa dunia fiksional teks sastra seharusnya merefleksikan realitas sosial. Lebih jauh Segers mempertimbangkan fiksionalisasi dalam telaah teks sastra yang berhubungan dengan pendekatan mimesis. Menurutnya, norma fiksionalitas mengimplikasikan bahwa tanda-tanda linguistik yang berfungsi dalam teks sastra tidak merujuk secara sastra.
Adapun John Baxter menguraikan bahwa mimesis adalah hubungan dinamis yang berlanjut antara suatu seni karya yang baik dengan alam semesta moral yang nyata atau masuk akal.
Mimesis sering diterjemahkan sebagai “tiruan”.Secara terminologis, mimesis
menandakan suatu seni penyajian atau kemiripan, tetapi penekanannya berbeda.Tiruan, menyiratkan sesuatu yang statis, suatu copy, suatu produk akhir; mimesis melibatkan sesuatu yang dinamis, suatu proses, suatu hubungan aktif dengan suatu kenyataan hidup.
Menurut Baxter, metode terbaik mimesis adalah dengan jalan memperkuat dan memperdalam pemahaman moral, menyelidiki dan menafsirkan semesta yang diterima secara riil. Proses tidak berhenti hanya dengan apa pembaca atau penulis mencoba untuk mengetahuinya. Mungkin
rentang batas yang riil dengan yang dihadirkan dapat dikhayalkan walaupun
hanya sesaat dalam kondisi riil, atau suatu perspektif pada aspek yang riil yang
tidak bisa dijangkau jika tidak dilihat.Kenyataan kadang-kadang digambarkan
berbeda karena tak sesuai dengan pandangan kenyataan yang menyeluruh.
Oleh karena itu, kenyataan tidak dapat dihadirkan dalam karya dalam cakupan yang ideal. Mimesis sama dan sebangun dengan apa yang Coleridge sebut
sebagai ‘imajinasi yang utama, yang oleh Whalley disebut sebagai hasil dari kesadaran tertinggi.
Melalui penjabaran di atas, dapat diketahui secara konseptual dan metodologis bahwa pendekatan mimesis menempatkan karya sastra sebagai:
(1) produk peniruan kenyataan yang diwujudkan secara dinamis,
(2) representasi kenyataan semesta secara fiksional,
(3) produk dinamis yang kenyataan di dalamnya tidak dapat dihadirkan dalam cakupan yang ideal, dan
(4) produk imajinasi yang utama dengan kesadaran tertinggi atas kenyataan.
Secara metodis, langkah kerja analisis melalui pendekatan ini dapat disusun ke dalam langkah pokok, yaitu:
(1) mengungkap dan mendeskripsikan data yang mengarah pada kenyataan yang ditemukan secara tekstual,
(2)menghimpun data pokok atau spesifik sebagai variabel untuk dirujukkan ke dalam pembahasan berdasarkan kategori tertentu, sesuai tujuan, misalnya menelusuri unsur fiksionalitas sebagai refleksi kenyataan secara dinamis, dsb.
(3) membicarakan hubungan spesifikasi kenyataan dalam teks karya sastra dengan kenyataan fakta realita, dan
(4) menelusuri kesadaran tertinggi yang terkandung dalam teks karya sastra yang berhubungan dengan kenyataan yang direpresentasikan dalam karya sastra.
3.      Pendekatan Objektif
Pendekatan objektif (Abrams, 1978: 26-29) memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-unsur, antarhubungan, dan totalitas. Pendekatan ini mengarah pada analisis intrinsik.Konsekuensi logis yang ditimbulkan adalah mengabaikan bahkan menolak segala unsur ekstrinsik, seperti aspekhistoris, sosiologis, politis, dan unsur-unsur sosiokultural lainnya, termasuk biografi. Oleh karena itulah, pendekatan objektif juga disebut analisis otonomi.Pemahaman dipusatkan pada analisis terhadap unsur-unsur dengan mempertimbangkan keterjalinan antarunsur di satu pihak dan unsur-unsur dengan totalitas di pihak lain.Konsep dasar pendekatan ini adalah karya sastra merupakan sebuah struktur yang terdiri dari bermacam-macam unsur pembentuk struktur.Antara unsur-unsur pembentuknya ada jalinan erat (koherensi).Tiap unsur tidak mempunyai makna dengan sendirinya melainkan maknanya ditentukan oleh hubungan dengan unsur-unsur lain yang terlibat dalam sebuah situasi.Makna unsur-unsur karya sasatra itu hanya dapat dipahami sepenuhnya atas dasar tempat dan fungsi unsur itu dalam keseluruhan karya sastra.Secara metodologis, pendekatan ini bertujuan melihat karya sastra sebagai sebuah sistem dan nilai yang diberikan kepada sistem itu amat bergantung kepada nilai komponen-komponen yang ikut terlibat di dalamnya.Analisis karya sastra melalui pendekatan ini tergantung pada jenis sastranya.Analisis sajak berbeda dengan analisis prosa. Analisis yang digunakan terhadap saja misalnya penelusuran lapis norma, mulai dari lapir bunyi sampai ke lapis metafisik. Teknik analisisnya pun bisa diarahkan pada pembacaan heuristik sampai ke tingkat pembacaan hermeneutik.Adapun terhadap prosa, sesuai dengan sifat fiksi yang merupakan struktur cerita, analisisnya diarahkan pada struktur ceritanya. Struktur yang dimaksud dijajaki melalui unsur-unsur pembentuknya berupa: tema, fakta cerita (tokoh, alur, dan latar), dan sarana cerita (pusat pengisahan, konflik, gaya bahasa, dll). Pada analisis prosa, tema dan fakta-fakta cerita dipadukan menjadi satu oleh sarana sastra.Di dalam analisisnya, unsur-unsur tersebut ditelusuri dan dikemukakan hubungan dan fungsi tiap-tiap unsur.Tema berjalin erat dengan fakta-fakta dan berhubungan erat dengan sarana sastra.










BABA III
PENUTUP
A.      Simpulan
Pendekatan pada dasarnya memiliki tingkat abstraksi yang lebih tinggi baik dengan metode maupun teori. Dalam sebuah pendekatan dimungkinkan untuk mengoperasikan sejumlah teori dan metode. Dalam hubungan inilah, pendekatan disejajarkan dengan bidang ilmu tertentu, seperti pendekatan sosiologi sastra, mitopoik, intrinsik dan ekstrinsik, pendekatan objektif, ekspresif, mimetik, pragmatik,dan sebagainya. Definisi tersebut bersifat relatif sebab yang jauh lebih penting adalah tujuan yang hendak dicapai sehingga sebuah pendekatan pada tahap tertentu bisa menjadi metode.Pendekatan adalah pengakuan terhadap hakikat ilmiah objek ilmu pengetahuan itu sendiri.
B.      Saran
Makalah ini tidaklah begitu sempurnadan semoga dari makalah ini pembaca dapat memberikan ktitikan dan saran supaya saya dapat menyempurkan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Imran T. 1999. “Sastra Lisan,” Makalah. Yogyakarta: Fakultas Sastra Universitas             Gadjah Mada.
Abrams, M.H. The Mirror and lamp: Romantic Theory and the Critical Tradition. New York:          The Norton Library; W.W. Norton & Company Inc.
Chamamah. S. 2001. “Penelitian sastra Tinjauan Teori dan Metode Sebuah Pengantar,
Metodologi Penelitian Sastra (Jabrohim, ed.). Yogyakarta: Hanindita Graha Widya
Faruk. 1994. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar



No comments:

Post a Comment

 

Sample text

Sample Text

Terima Kasih Telah Mengunjungi blog saya

Sample Text