Social Icons

Pages

Thursday, December 13, 2012

kualitas alat penilaian


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Secara teoritis terdapat hubungan timbal balik antara tujuan pembelajaran, proses pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Jika tujuan pembelajaran yang anda rumuskan sudah tepat dan proses pembelajaran yang anda laksanakan sudah maksimal maka salah satu hal yang perlu Anda cermati adalah alat penilaian hasil belajar. Apakah alat ukur yang Anda gunakan (dalam hal ini tes yang Anda susun) mempunyai kualitas yang baik sehingga dapat digunakan untuk mengukur tujuan pembelajaran yang telah anda tetapkan.
Untuk menjawab permasalahan tersebut diatas, pada modul ini Anda akan diajak untuk mempelajari lebih rinci berbagai cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kualitas tes. Tes yang Anda gunakan harus benar-benar dapat mengukur apa yang ingin Anda ukur dalam arti bahwa tes tersebut dapat mengukur kemampuan siswa sesuai dengan tingkat kemampuannya.
Dalam modul ini, akan dibahas mengenai pengujian kualitas soal yang akan disajikan dalam dua kegiatan belajar. Kegiatan belajar 1 akan membahas tentang validitas dan reliabilitas hasil pengukuran, sedangkan kegiatan belajar 2 akan membahas tentang bagaimana cara menganalisis butir soal dan bagaimana cara meningkatkan kualitas butir soal berdasarkan hasil analisis tersebut.
B.       Masalah
Dalam latar belakang diatas dapat ditarik beberapa masalah yaitu;
1.      Menjelaskan konsep validitas;
2.      Menjelaskan konsep reliabilitas;
3.      Membedakan validitas dan reliabilitas;
4.      Menjelaskan hubungan antara validitas dan reliabilitas;
5.      Menentukan tingkat kesukaran butir soal;
6.      Menentukan daya beda butir soal;
7.      Menganalisis butir soal; dan
8.      Memperbaiki butir soal berdasarkan hasil analisis butir soal.

C.      Tujuan
Dari masalah diatas terdapat tujuan yang akan dicapai yaitu;
Hasil analisis menunjukan bahwa tujuan pembelajaran yang ingin dicapai tidak terlalu tinggi dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Kita sebagai peserta didik dapat mengetahui alat penilaian yang terdapat dalam evalusi pembelajaran.
D.     Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini mencakup beberapa yang terkait diantaranya sebagai berikut :
1.      Bagi Mahasiswa
Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan referensi atau  masukan tentang kualitas alat penilaian. Kualitas alat penilaian ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa calon guru.
2.      Bagi Masyarakat umum
Sebagai bahan bacaan yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang evaluasi pembelajaran bahasa. Dan serta untuk menambahkan peran aktif masyarakat dalam pendidikan.








BAB II
PEMBAHASAN
I.        Validitas dan Reliabilitas Hasil Pengukuran
A.     Apakah Validitas itu?
            Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang dapat dengan tepat mengukur apa yang ingin Anda ukur. Jika Anda ingin mengukur panjang sebuah meja maka Anda harus dapat memilih alat ukur yang tepat untuk mengukur panjang meja tersebut. Untuk menghitung waktu tempuh dalam perlombaan lari cepat 100 meter, Anda harus dapat memilih alat ukur yang tepat digunakan. Demikian juga, jika Anda ingin mengukur hasil belajar maka Anda juga dituntut untuk mengunakan alat ukur (dalam hal ini tes) yang dapat dengan tepat mengukur hasil belajar yang Anda harapkan.
            Dari contoh yang diberikan diatas, dapatkah Anda menarik kesimpulan apa yang dimaksud dengan validitas? Jika Anda telah berhasil menarik kesimpulan mengenai apa yang dimaksud dengan validitas, cocokkanlah hasil kesimpulan dengan pengertian validitas berikut ini.
            Pengertian validitas mengacu pada ketepatan interpretasi yang dibuat hasil  pengukuran atau evaluasi (Gronlund dan Linn, 1990). Secara umum validitas dapat di bedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.
1.      Validitas isi (content validity)
Validitas isi mengacu pada seberapa banyak materi tes tersebut dapat mengukur keseluruhan bahan atau materi yang telah diajarkan.
2.      Validitas konstrak ( construct validity)
Validitas konstrak mengacu pada seberapa banyak alat ukur tersebut dapat mengungkap keseluruhan konstrak yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan tes tesebut. Yang dimaksud dengan konstrak disini adalah konsep hipotesis (hypotetycal concept) yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan alat ukur. Validitas konstrak ini banyak digunakan terutama dalam pengukuran psikologi seperti pungukuran sikap, minat, tingkah laku dan sebagainya. Sebagai contoh, jika Anda ingin mengetahui pola kepemimpinan seorang kepala sekolah maka alat ukur atau instrumen yang Anda gunakan dikatakan mempunyai validitas konstrak yang tinggi, jika instrumen tersebut dapat mengungkapkan pola kepemimpinan setiap individu yang menjadi sampel dalam pengukuran tersebut.
3.      Validitas yang dikaitkan dengan kriteria tertentu ( criterion related vlidity)
Jika suatu tes untuk memprediksi keberhasilan seseorang dimasa yang akan datang atau dimaksudkan untuk mengetahui keseuaian antara pengetahuan dengan keterampilan yang dimiliki, maka alat ukur yang digunakan harus mempunyai criterion related validity yang tinggi. Sebagai contoh, jika siswa SD mempunyai Nilai Ebtanas Murni (NEM) tinggi ternyata mempunyai prestasi yang bagus setelah melanjutkan di SLTP maka dikatakan tes yang digunakan dalam ujian SD mempunyai criterion related validity yang tinggi.
Dari ketiga macam validitas tersebut, validitas isilah yang paling penting Anda pahami, dalam rangka mempersiapkan tes untuk mengukur hasil belajar siswa.
B.     Apakah Reliabilitas itu?
            Hasil-hasil pengukuran yang berhubungan dengan aspek-aspek fisik seperti mengukur panjang meja, tinggi almari, berat badan, tinggi badan dan lain sebagainya biasanya reliabilitasnya yang sangat tinggi. Artinya, walaupun pengukuran dilakukan lebih dari sekali, tetapi tetap memberikan hasil yang tidak jauh berbeda. Hasil pengukuran yang berbeda akan Anda temukan jika Anda melakukan pengukuran terhadap hal-hal yang berhubungan dengan aspek-aspek psikologi dan sosial. Hal tersebut seperti terjadi dalam pengukuran yang mewakili intelegensi, sikap, konsep diri, dan lain sebagainya. Aspek-aspek sosial-psikologis seperti itu tidak dapat diukur dengan kepastian dan konsistensi yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh hasil pengukuran yang diperoleh tidak dapat lepas dari pengaruh hal-hal diluar maksud pengukuran tersebut, misalnya alat ukur itu sendiri mungkin bukan merupakan alat ukur yang tepat untuk mengukur aspek yang diinginkan.
            Dari hasil kegiatan yang Anda lakukan setelah memahami uaraian diatas, Anda pasti telah memperoleh gambaran mengenai apa yang dimaksud dengan reliabilitas. Kalau pengertian validitas mengacu pada ketepatan hasil pengukuran maka pengertian reliabilitas mengacu pada ketepatan hasil yang diperoleh dari suatu pengukuran (Gronlund dan Linn, 1990). Ketepatan atau reliabilitas suatu hasil pengukuran pada umumnya dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran berulang seperti contoh kegiatan yang Anda lakukan.
C.      Bagaimana Hubungan Antara Validitas dan Reliabilitas?
            Ketepatan hasil pengukuran (reliabilitas) sangat diperlukan untuk memperoleh alat ukur yang dapat memberikan hasil pengukuran yang tepat (valid). Walaupun demikian alat ukur yang mempunyai reliabilitas yang tinggi belum tentu secara otomatis mempunyai validitas yang tinggi. Tingginya reliabilitas yang dihasilkan oleh suatu alat ukur jika tidak dibarengi dengan tingginya validitas dapat memberikan informasi yang salah tentang apa yang ingin Anda ukur.
D.     Bagaimana Meningkatkan Reliabilitas Tes?
            Reliabilitas suatu tes dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah butir ke dalam tes tersebut. Yang mungkin menjadi pertanyaan bagi Anda kemudian adalah, apakah setiap penambahan butir soal akan selalu dapat menaikan reliabilitas tes? Jawabannya adalah belum tentu. Penambahan butir soal pada tes akan meningkatkan reliabilitas, jika butir soal yang ditambahkan adalah butir-butir soal homogen dengan butir soal yang ada. Yang dimaksud dengan butir soal yang homogen adalah butir-butir soal yang mengukur hal yang sama dengan butir soal yang sudah ada. Penambahan butir soal tidak akan menaikkan reliabilitas tes, jika butir soal yang ditambahkan tidak homogen dengan butir soal yang telah ada. 

II.      Analisis dan Perbaikan Butir Soal
A.     Mengapa Analisis Butir Soal Penting?
            Dengan melakukan analisis butir soal, kita dapat memperoleh banyak informasi yang bermanfaat, baik bagi guru, siswa, dan proses pembelajaran yang telah kita lakukan. Kami yakin bahwa Anda semua pernah melakukan analisis butir soal, karena analisis butir soal dapat dilakukan dengan cara yang sederhana. Apabila Anda melakukan analisis butir soal berarti Anda akan dapat meningkatkan kualitas butir soal tersebut. Berdasarkan kualitas butir soal yang lebih baik, Anda akan dapat mengukur hasil belajar siswa Anda dengan tepat.
            Menurut Nitko (1983) analisis butir soal menggambarkan suatu proses pengambilan data, dan penggunaan informasi tentang tiap-tiap butir soal terutama informasi tentang respons siswa terhadap setiap butir soal. Lebih lanjut diakatan bahwa arti penting penggunaan analisis butir soal adalah sebagai berikut.
1.      Untuk mengetahui apakah butir soal – butir soal yang disusun sudah berfungsi sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh penyusun soal.
2.      Sebagai umpan balik bagi siswa untuk mengetahui kemampuan mereka dalam menguasai suatu materi.
3.      Sebagai umpan balik bagi Anda sendiri sebagai guru untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam memahami suatu materi.
4.      Sebagai acuan untuk merevisi soal.
5.      Untuk memperbaiki kemampuan Anda dalam menulis soal.
B.     Kapan Analisis Butir Soal Dilakukan?
            Pada saat Anda mengujikan suatu set soal untuk mengambil keputusan penting tentang hasil belajar siswa maka idealnya Anda harus yakin bahwa set soal tersebut adalah valid dan reliabel. Ada dua karakteristik butir soal yang peru Anda perhatikan yaitu tingkat kesukaran dan daya beda butir-butir soal.
1.      Tingkat kesukaran Butir Soal
      Tingkat kesukaran butir soal merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukan kualitas butir soal tersebut apakah termasuk mudah, sedang, atau sukar. Suatu butir soal dikatakan mudah jika sebagian besar siswa dapat menjawab dengan benar dan dikatakan sukar jika sebagian beasar siswa tidak dapat menjawab dengan benar. Besarnya tingkat kesukaran butir soal dapat dihitung dengan memperhatikan proporsi peserta tes yang menjawab benar terhadap setiap butir soal. Secara matematis tingkat kesukaran butir soal dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan :
P = adalah indeks tingkat kesukaran butir soal
B = adalah jumlah peserta tes yang menjawab benar
N = adalah jumlah seluruh peserta tes
2.      Daya Beda (D)
      Daya beda butir soal memiliki pengertian bahwa butir soal tersebut dapat membedakan kemampuan individu peserta tes. Daya beaada butir soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
D = PA - PB
Keterangan:
D = indeks daya beda butir soal
PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

C.     Bagaimana Cara Melakukan Analisis Secara Sederhana?
            Setelah Anda memahami butir soal, maka Anda sudah mulai dapat berlatih menganalisis butir soal yang telah Anda miliki. Analisis butir soal ini tidak sukar untuk Anda lakukan, ada cara sederhana yang dapat Anda gunakan.
            Berikut ini disajikan langkah-langkah dalam menganlisis butir soal secara sederhana adalah
1.      Hitunglah jumlah jawaban benar untuk seluruh siswa.
2.      Berdasarkan jumlah jawaban yang benar dari seluruh siswa tersebut, susunlah skor siswa mulai dari skor tertinggi sampai skor yang terendah.
3.      Berdasarkan urutan skor terebut tentukan siswa yang termasuk dalam kelompok atas dan siswa yang termasuk kelompok bawah.
4.      Hitunglah jumlah siswa dalam kelompok atas yang memilih tiap-tiap alternatif jawaban yang disediakan.
5.      Dengan cara yang sama hitung jumlah siswa dalam kelompok bawah yang memilih tiap-tiap alternatif jawaban yang disediakan.
6.      Hitung jumlah semua peserta tes (kelompok atas, tengah, dan bawah) yang menjawab benar.
7.      Hitung tingkat kesukaran butir soal dan daya beda dengan menggunakan rumus yang telah disediakan.
D.     Bagaimana Menganalisis Tes Uraian?
            Contoh analisis butir soal yang dibahas didepan adalah contoh analisis butir soal untuk tes pilihan ganda. Bagaimana dengan analisis tes uraian? Pada umumnya analisis butir soal memang dilakukan untuk tes pilihan ganda. Tetapi sebetulnya Anda juga dapat menganalisis tes uraian yang telah Anda ujikan dengan cara yang cukup mudah.
            Cara menganalisis tes uraian menurut Whitney dan Sabers (Mehrens dan Lehmann, 1984) sebagai berikut.
1.      Tentukan jumlah siswa yang termasuk dalam kelompok atas (25%) dan kelompok bawah (25%).
2.      Hitung jumlah skor kelompok atas dan jumlah skor kelompok bawah.
3.      Hitung tingkat kesukaran dan daya beda setiap butir soal dengan rumus berikut.
P = 
D =
Keterangan:
∑A              : jumlah skor kelompok atas
∑B              : jumlah skor kelompok bawah
N                : 25% peserta didik
skormaks            : skor maksimal setiap butir tes
skormin        : skor minimal setiap butir tes
E.      Bagaimana Memperbaiki Butir Soal?
            Setelah Anda menganalisis setiaap butir soal yang telah Anda ujikan, maka Anda dapat menggunakan informasi hasil analisis tersebut untuk memperbaiki soal. Beberapa hal yang perlu Anda perhatikan dalam memperbaiki butir soal adalah sebagai berikut:
1.      Perhatikan tingkat kesukaran butir soal. Butir soal dianggap baik jika mempunyai tingkat kusakaran (P) antara 0,25 sampai dengan 0,75 atau yang mendekati angka tersebut.
2.      Perhatikan daya beda butir soal. Butir soal dianggap baik jika kunci atau jawaban yang dianggap benar mempunyai daya beda positif tinggi dan alternatif jawaban mempunyai daya beda negatif. Jika Anda menemukan butir soal yang kuncinya mempunyai daya beda negatif dan ada salah satu alternatif jawaban mempunyai daya beda positif, maka butir soal tersebut perlu ditelaah kembali, sebab ada kemungkinan terjadi salah kunci.
BAB III
PENUTUP
A.     Simpulan
            Bila Anda ingin mengukur sesuatu, Anda harus dapat  memilih alat ukur yang sesuai agar Anda dapat memperoleh hasil pengukuran yang tepat. Ketepatan pengukuran inilah yang dinamakan validitas. Validitas dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu; validitas isi, validitas konstrak, dan validitas yang dikaitkan dengan kriteria lain. Ada dua masalah yang harus Anda perhatikan dalam rangka mempersiapkan tes hsil belajar yang baik yaitu masalah validitas dan reliabilitas.
            Analisis butir soal merupakan suatu proses pengambilan dan penggunaan informasi tentang tiap-tiap butir soal terutama informasi tentang respons siswa terhadap setiap butir soal. Analisis butir soal dilakukan pada tes pilihan ganda dan dapat pula dilakukan pada tes uraian, khususnya uraian terbatas. Dua karakteristik butir soal yang perlu diketahui dalam analisis butir soal adalah tingkat kesukaran (P) dan daya beda (D).
B.     Saran
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan gambaran dan menambah wawasan kita tentang Kualitas Alat Penilaian. Dari pembahasan materi ini saya mengalami beberapa kendala dalam penyusunan makalah ini. Maka ada beberapa kesalahan oleh kami atau kekurangan. Oleh karena itu kami juga membutuhkan saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.










Daftar Pustaka

Azwar, S. (1986). Reliabilitasi dan Validitas. Yogyakarta: Liberty.
Ebel, R.L. & Frisbee, D.A. (1986). Essentials of Educational Measurement. New York:       Prentice               Hall.
Fernandes, H.J.X. (1984). Testing and Measurement. Jakarta: National Educational Planning,       Evaluation and Curriculum Development.
Hanna, G.S. (1993). Better Teaching Trought Better Measurement. New York: Harcourt Brace     Jovanovich College Pub.
Mahrens, W.A. & Lehmann, I. J. (1973). Measurement and Evaluation in Education and                 Psychology.        New York: Holt Rinehart and Winton.
Nitko, A. J. (1983). Educational Test and Measurement an Introduction. New York: Harcourt        Brace Jovanovich, Inc.
Sax, G. (1980). Principle of Educational and Psychological Measurement and Evaluation.               California:            Wadsworth.
Zainul, A. (1992). Pengukuran, Tes dan Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: PAU-Universitas Terbuka.





No comments:

Post a Comment

 

Sample text

Sample Text

Terima Kasih Telah Mengunjungi blog saya

Sample Text