Social Icons

Pages

Friday, November 30, 2012

jenis



Jenis-jenis Klausa
Ada tiga dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan klausa. Ketiga dasar itu adalah (1) Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya (BSI), (2) Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang menegatifkan P (BUN), dan (3) Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P (BKF). Berikut hasil klasifikasinya :
  1. Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini klausa yang bisa tidak hadir adalah S, sedangkan P sebagai unsur inti klausa selalu hadir. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya, berikut klasifikasinya :
    1. Klausa Lengkap
Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir.
Klausa ini diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P menjadi :
    1. Klausa versi, yaitu klausa yang S-nya mendahului P. Contoh :
Kondisinya sudah baik.
Rumah itu sangat besar.
    1. Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S. Contoh :
Sudah baik kondisinya.
Sangat besar rumah itu.
    1. Klausa Tidak Lengkap
Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain dihilangkan.
  1. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P.
Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum, dan jangan. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P menghasilkan :
    1. Klausa Positif
Klausa poisitif ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P. Contoh :
Ariel seorang penyanyi terkenal.
Mahasiswa itu mengerjakan tugas.
    1. Klausa Negatif
Klausa negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan P. Contoh :
Ariel bukan seorang penyanyi terkenal.
Mahasiswa itu belum mengerjakan tugas.
  1. Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.
Berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat diklasifikasikan menjadi :
    1. Klausa Nomina
Klausa nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa nomina. Contoh :
Dia seorang sukarelawan.
Mereka bukan sopir angkot.
    1. Klausa Verba
Klausa verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba. Contoh :
Dia membantu para korban banjir.
Pemuda itu menolong nenek tua.
    1. Klausa Adjektiva
Klausa adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa adjektiva. Contoh :
Adiknya sangat gemuk.
Hotel itu sudah tua.
    1. Klausa Numeralia
Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori numeralia. Contoh :
Anaknya lima ekor.
Mahasiswanya sembilan orang.
Temannya dua puluh orang.
    1. Klausa Preposisiona
Klausa preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa preposisiona. Contoh :
Sepatu itu di bawah meja.
Baju saya di dalam lemari.
    1. Klausa Pronomia
Klausa pronomial ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi ponomial. Contoh :
Hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah.
Sudah diputuskan bahwa ketuanya kamu dan wakilnya saya.
  1. Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat
Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat dibedakan atas :
    1. Klausa Bebas
Klausa bebas ialah klausa yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor. Jadi, klausa bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai subyek dan yang berfungsi sebagai predikat dalam klausa tersebut. Klausa bebas adalah sebuah kalimat yang merupakan bagian dari kalimat yang lebih besar. Dengan perkataan lain, klausa bebas dapat dilepaskan dari rangkaian yang lebih besar itu, sehingga kembali kepada wujudnya semula, yaitu kalimat. Contoh :
Anak itu badannya panas, tetapi kakinya sangat dingin.
Dosen kita itu rumahnya di jalan Ambarawa.
    1. Klausa terikat
Klausa terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor, hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor. Kalimat minor adalah konsep yang merangkum : pangilan, salam, judul, motto, pepatah, dan kalimat telegram. Contoh :
Semua murid sudah pulang kecuali yang dihukum.
Semua tersangkan diinterograsi, kecuali dia.
Ariel tidak menerima nasihat dari siapa pun selain dari orang tuanya.

  1. Klasifikasi klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat.
Oscar Rusmaji (116) berpendapat mengenai beberapa jenis klausa. Menurutnya klausa juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat.
Berdasarkan tatarannya dalam kalimat, klausa dapat dibedakan atas :
    1. Klausa Atasan
Klausa atasan ialah klausa yang tidak menduduki f ungsi sintaksis dari klausa yang lain. Contoh :
Ketika paman datang, kami sedang belajar.
Meskipun sedikit, kami tahu tentang hal itu.
    1. Klausa Bawahan
Klausa bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi unsur dari klausa yang lain. Contoh :
Dia mengira bahwa hari ini akan hujan.
Jika tidak ada rotan, akarpun jadi
  1. Analisis Klausa
Klasifikasi dapat dianalisis berdasarkan tiga dasar, yaitu :
  1. Berdasarkan fungsi unsur-usurnya
  2. Berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi unsurnya
  3. Berdasarkan makna unsur-unsurnya.
  1. Analisis Klausa Berdasarkan Fungsi Unsur-unsurnya
Klausa terdiri dari unsur-unsur fungsional yang di sini disebut S, P, O, pel, dan ket. Kelima unsur itu tidak selalu bersama-sama ada dalam satu klausa. Kadang-kadang satu klausa hanya terdiri dari S dan P kadang terdiri dari S, P dan O, kadang-kadang terdii dari S, P, pel dan ket. Kadang-kadang terdiri dari P saja. Unsur fungsional yang cenderung selalu ada dalam klausa ialah P.
  1. S dan P
Contoh : Budi(S) tidak berlari-lari(P) èTidak berlari-lari(P) Budi(S)
Badannya(S) sangat lemah(P) è Sangat lemah(P) badannya(S)
  1. O dan Pel
P mungkin terdiri dari golongan kata verbal transitif, mungkin terdiri dai golongan kata verbal intransitif, dan mungkin pula terdirri ari golongan-golongan lain. Apabila terdiri dari golongan kata verbal transitif, diperlukan adanya O yang mengikuti P itu. Contoh :
Kepala Sekolah(S) akan menyelenggarakan(P) pentas seni(O).
Pentas seni(S) akan dislenggarakan(P) kepala sekolah(O)
  1. KET
Unsur klausa yang tidak menduduki fungsi S, P, O dan Pel dapat diperkirakan menduduki fungsi Ket. Berbeda dengan O dan Pel yang selalu terletak di belakang dapat, dalam suatu klausa Ket pada umumnya letak yang bebas, artinya dapat terletak di depan S, P dapat terletak diantara S dan P, dan dapat terletak di belakang sekali. Hanya sudah tentu tidak mungkin terletak di antara P dan O, P dan Pel, karena O dan Pel boleh dikatakan selalu menduduki tempat langsung dibelakang P. Contoh :
Akibat banjir(Ket) desa-desa itu(S) hancur(P)
Desa-desa itu(S) hancur(P) akibat banjir(O)
  1. Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frase yang menjadi Unsurnya.
Analisis kalusa berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi unsur-unsur klausa ini itu disebut analisis kategorional. Analisis ini tidak terlepas dari analisis fungsional, bahkan merupakan lanjutan dari analisis fungsional.
  1. Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Makna dan Unsur-unsurnya.
Dalam analisis fungsional klausa dianalisis berdasarkan fungsi unsur-unsurnya menjadi S, P, O, Pel dan Ket dalam analisis kategorial telah dijelaskan bahwa fungsi S terdiri dari N, fungsi P terdiri dari N, V, Bil, FD, fungsi O terdiri dari N, fungsi Pel terdiri dari N, V, Bil dan fungsi ket terdiri dari Ket, FD, N.
  1. Makna Unsur Pengisi P
    1. Menyatakan makna "Perbuatan"
Contoh : Dinda sedang belajar
Frase sedang belajar yang menduduki fungsi P menyatakan makna "Perbuatan" yaitu perbuatan yang sedang dilakukan oleh "pelakunya" yaitu 'Dinda'
    1. Menyatakan makna "Keadaan"
Contoh : Rambutnya hitam dan lebat
RUMAH itu sangat besar
Lukanya sangat parah
Kata-kata hitam, lebat, besar, dan parah semuanya merupakan makna keadaan.
Makna keadaan dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
      1. Keadaan relatif singkat. Keadaan ini mudah berubah. Misalnya :
Rumah itu sangat bersih
Kami sudah mengantuk
      1. Keadaan yang relatif lama dan kecenderungannya tidak mudah berubah. Keadaan yang semcam ini secara khusus disebut sifat. Misalnya :
Mahasiswa itu sangat rajin
Perempuan itu ramah sekali
      1. Keadaan yang merupakan runtutan perubahan keadaan yang disebut proses. Misalnya :
Hujannya mereda
Pengaruhnya semakin meluas
      1. Keadaan yang merupakan pengalaman kejiwaan. Misalnya :
Orang itu dapat memahami keinginan anaknya.
Setiap orang menyukai perbuatan baik
    1. Menyatakan Makan 'Keberatan"
Contoh : Para tamu di ruang depan
Ariel berada diruang baca
Kata yang bercetak miring tersebut menjadi unsur pengisi P tidak menyatakan makna "perbuatan" dan "keadaan" melainkan menyatakan makna "keberadaan".
    1. Menyatakan makna "pengenal"
Contoh : orang itu adalah pegawai kedutaan
Mereka adalah imahasiswa Um
Dia adalah teman kecil saya
    1. Menyatakan makna "jumlah"
Contoh : Rumah itu dua rumah
Anak orang itu lima
    1. Menyatakan makana "perolehan"
Contoh : Ariel memiliki mobil
Dinda mendapat hadiah
  1. Makna Unsur Pengisi S
        1. Menyatakan Makna "pelaku"
Contoh : Seorang perempuan tua membeli beras.
Mahasiswa mengerjakan beberapa tes.
        1. Menyatakan makna "alat"
Contoh : Truk-truk itu mengangkut beras.
Sebuah gambar menghiasi kamar kerjanya.
        1. Menyatakan makna "sebab"
Contoh : Banjir besar itu menghancurkan kota.
Kamar itu panas karena perapian.
        1. Menyatakan makna "penderita"
Contoh : Benda itu dipukulkannya dengan batu lain.
Jalan-jalan sedang diperbaiki.
        1. Menyatakan makna "hasil"
Contoh : Rumah-rumah banyak didirikan pemerintah.
Novel itu dikarang oleh pengarang muda dari kalimantan.
        1. Menyatakan makna "tempat"
Contoh : Para turis banyak berkunjung ke pantai kutai.
Gua itu belum pernah dimasuki orang.
        1. Menyatakan makna "penerima"
Contoh : Seorang ayah membelikan sepeda baru untuk anaknya
Gadis itu akan dibuatkan rok oleh ibunya
        1. Menyatakan makna "pengalaman"
Contoh : Rambutnya hitam dan lebat
Lukanya membesar
        1. Menyatakan makna "dikenal"
Contoh : Orang itu pegawai kedutaan
Dia adalah teman saya
        1. Menyatakan makna "terjumlah"
Contoh : Kaki meja itu empat
Anak orang itu lima
  1. Makna Unsur Pengisi O (1)
          1. Menyatakan makna "penderita"
Contoh : Ia menebang pohon.
Seorang laki-laki menurunkan dua koper.
          1. Menyatakan makna "penerima"
Contoh : Ahmad membeli buku baru untuk anaknya.
Dinda membelikan baju baru bagi anaknya.

          1. Menyatakan makna "tempat"
Contoh : Banyak turis mengunjungi candi Borobudur.
Petani itu menanam ubi-ubian di tegalnya.
          1. Menyatakan makna "alat"
Contoh : Polisi menembak penjahat dengan pistolnya
Ia mengikatkan tali pada sebatang pohon.
          1. Menyatakan makna "hasil"
Contoh : Pemerintah membuat jalan-jalan baru.
  1. Makna Unsur Pengisi O (2)
  1. Menyatakan makna "penderita".
Contoh : Ariel membelikan anaknya buku baru.
  1. Menyatakan makna "hasil".
Contoh : Penjahit membuatkan kebaya ibu.
  1. Makna Unsur Pengisi PEL
  1. Menyatakan makna "penderita".
Contoh : Banyak mahasiswa belajar bahasa jerman.
  1. Menyatakan makna "alat".
Contoh : Ia bersenjatakan bambu runcing.
  1. Makna Unsur Pengisi KET
  1. Menyatakan makna "tempat"
Contoh : Aku mengitari rumah dari samping.
  1. Menyatakan makna "waktu"
Contoh : Bapak kepala daerah pergi ke Jakarta kemarin.
  1. Menyatakan makna "cara"
Contoh : Pencuri itu lari dengan skripsi.
  1. Menyatakan makna "peserta"
Contoh : Ariel senang bercakap-cakap denganku
  1. Menyatakan makna "alat"
Contoh : Anak itu menulis dengan tangan kiri.
  1. Menyatakan makna "sebab"
Contoh : Orang itu menjadi gila karena tekanan hidup.

  1. Menyatakan makna "pelaku"
Contoh : Senayan mulai dihuni oleh beberapa olahragawan.
  1. Menyatakan makna "keseringan"
Contoh : Ariel telah menyerukan kata awas beberapa kali.
  1. Menyatakan makna "perbandingan"
Contoh : Ariel sangat pandai seperti kakaknya.
  1. Menyatakan makna "perkecualian"
Contoh : Anak-anak itu tidak boleh masuk kecuali saya.

Definisi, jenis & macam Klausa - "klausa" itu adalah judul dari artikel kita kali ini. Apakah teman teman tahu apa arti ( definisi ) klausa itu? apa konstruksi, kategori, kelas, macam dari klausa itu? Apakah teman teman tahu? semua itu akan kamu bahas dalam artikel dibawah ini. Pastikan teman teman benar benar membaca arikel " Definisi, jenis & macam Klausa "ini ^_^.

Definisi ( Pengertian ) Klausa

Arti Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas S–P baik disertai O, PEL, dan KET maupun tidak. Dengan ringkas, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada.

Contoh:
Ketika orang-orang mulai menyukai ayam bekisar, Edwin sudah memelihara untuk dijual di pasaran.
Kalimat di atas terdiri dari empat klausa, yaitu:
1. (ketika) orang-orang mulai (S–P);
2. menyukai ayam bekisar (P–O);
3. Edwin sudah memelihara (S–P); dan
4. untuk dijual di pasaran (P–Ket.).

I. Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frasa

Perhatikan kalimat di bawah ini!
Toni belum sempat mengunjungi kakeknya kemarin.

Klausa kalimat tersebut jika dianalisis secara fungsional, hasilnya sebagai berikut.

II. Klausa Berdasarkan Struktur

Klausa dapat digolongkan berdasarkan tiga dasar.

1. Klausa Berdasarkan Struktur Intern
Unsur inti klausa ialah S dan P. Namun demikian, S sering kali dihilangkan dalam kalimat luas sebagai akibat penggabungan klausa dan dalam kalimat jawaban. Klausa yang terdiri atas S dan P disebut klausa lengkap, sedangkan klausa yang tidak ber-S disebut klausa tidak lengkap.

Contoh:
- Din tidak masuk sekolah karena din sakit.
Subjek din dalam anak kalimat dapat dihilangkan akibat penggabungan klausa din tidak masuk sekolah dan din sakit.

- Sedang bermain-main.
Sebagai jawaban pertanyaan Anak-anak itu sedang apa? Klausa dibagi menjadi dua macam, yaitu klausa lengkap dan klausa tidak lengkap. Klausa lengkap, berdasarkan struktur internnya, dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu klausa lengkap yang S-nya terletak di depan P, dan klausa lengkap yang S-nya terletak di belakang P. Klausa yang S-nya terletak di depan P disebut klausa lengkap susun biasa. Klausa lengkap yang S-nya terletak di belakang P disebut klausa lengkap susun balik atau
klausa inversi.


Contoh:
Klausa lengkap susun biasa

Klausa lengkap susun balik

Klausa tidak lengkap sudah tentu hanya terdiri atas unsur P, disertai O, PEL, atau KET.

Contoh:
e. sedang bermain-main
f. menulis surat
g. telah berangkat ke Jakarta

Klausa e terdiri atas P, klausa f terdiri atas P diikuti O, dan klausa g terdiri atas P diikuti KET.

2. Klausa Berdasarkan Ada Tidaknya Kata Negatif yang secara Gramatik Menegatifkan P

a. Klausa Positif
Klausa positif ialah klausa yang tidak memiliki kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P.
Contoh:
- Mereka diliputi oleh perasaan senang.
- Mertua itu sudah dianggap sebagai ibunya.

b. Klausa Negatif
Klausa negatif ialah klausa yang memiliki kata-kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P. Kata-katanegatif itu ialah tiada, tak, bukan, belum, dan jangan.
Contoh:
- Orang tuanya sudah tiada.
- Yang dicari bukan dia.

3. Penggolongan Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frasa yang Menduduki Fungsi P

P mungkin terdiri atas kata atau frasa golongan N, V, Bil, dan FD. Berdasarkan golongan atau kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat digolongkan menjadi empat golongan.

a. Klausa Nominal
Klausa nominal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan N.
Contoh:
- Ia guru.
- Yang dibeli orang itu sepeda.

Kata golongan N ialah kata-kata yang secara gramatik
mempunyai perilaku sebagai berikut.
- Pada tataran klausa dapat menduduki fungsi S, P, dan O.
- Pada tataran frasa tidak dapat dinegatifkan dengan kata tidak, melainkan dengan kata bukan, dapat diikuti kata itu sebagai atributnya, dan dapat mengikuti kata depan di atau pada sebagai aksisnya.

b. Klausa Verbal
Klausa verbal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan V.
Contoh:
- Petani mengerjakan sawahnya dengan tekun.
- Dengan rajin, bapak guru memeriksa karangan murid.

Kata golongan V ialah kata yang pada tataran klausa cenderung menduduki fungsi P dan pada tataran frasa dapat dinegatifkan dengan kata tidak. Misalnya kata-kata berdiri, gugup, menoleh, berhati-hati, membaca, tidur, dan kurus.

Berdasarkan golongan kata verbal itu, klausa verbal dapat digolongkan sebagai berikut.
1) Klausa verbal adjektif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata golongan V yang termasuk golongan kata sifat atau terdiri atas frasa golongan V yang unsur pusatnya berupa kata sifat.
Contoh:
-- Udaranya panas sekali.
-- Harga buku sangat mahal.

2) Klausa verbal intransitif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja intransitif atau terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja intransitif.
Contoh:
-- Burung-burung beterbangan di atas permukaan air laut.
-- Anak-anak sedang bermain-main di teras belakang.

3) Klausa verbal aktif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja transitif atau terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja transitif.
Contoh:
-- Arifin menghirup kopinya.
-- Ahmad sedang membaca buku novel.

4) Klausa verbal pasif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja pasif atau terdiri atas frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja pasif.
Contoh:
-- Tepat di muka pintu, aku disambut oleh seorang petugas.
-- Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh MPR untuk jangka waktu lima tahun.

5) Klausa verbal yang refleksif
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja refleksif, yaitu kata kerja yang menyatakan perbuatan yang mengenai pelaku perbuatan itu sendiri. Pada umumnya kata kerja ini berbentuk kata kerja meN- diikuti kata diri.
Contoh:
-- Anak-anak itu menyembunyikan diri.
-- Mereka sedang memanaskan diri.

6) Klausa verbal yang resiprokal
Klausa ini P-nya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja resiprokal, yaitu kata kerja yang menyatakan kesalingan . Bentuknya ialah (saling) meN-, saling ber-an dengan proses pengulangan atau tidak dan saling meN-.
Contoh:
-- Pemuda dan gadis itu berpandang-pandangan.
-- Mereka saling memukul.


c. Klausa Bilangan
Klausa bilangan atau klausa numeral ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata atau frasa golongan bilangan.
Contoh:
- Roda truk itu ada enam.
- Kerbau petani itu hanya dua ekor.

Kata bilangan ialah kata-kata yang dapat diikuti oleh kata penyukat. rang, ekor, batang, keping, buah, kodi, helai, dan masih banyak lagi. Misalnya kata satu, dua, dan seterusnya; kedua, ketiga, dan seterusnya; beberapa, setiap, dan sebagainya; sedangkan frasa bilangan ialah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan, misalnya dua ekor, tiga batang, lima buah, setiap jengkal, beberapa butir, dan sebagainya.


4. Klausa Depan
Klausa depan atau klausa preposisional ialah klausa yang Pnya terdiri atas frasa depan, yaitu frasa yang diawali oleh kata depan sebagai penanda.
Contoh:
a. Kredit itu untuk para pengusaha lemah.
b. Pegawai itu ke kantor setiap hari.

Dalam kalimat tertentu, klausa memiliki dua bagian, yakni klausa induk (induk kalimat) dan klausa subordinatif (anak kalimat). Keberadaan klausa induk dan klausa anak ini mensyaratkan konstruksi tataran sintaksis yang lebih besar.

Perhatikan contoh berikut ini!


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdwMOtG_vdXd_LDxYdQxwXqZLcN8zBAmlNcxEOriy8BxJyN6DLyvyNctNsjpE1Or6fkE-oeTlwUbGI3DznabjrRf_GxH2GCBa4aB8UfjWfo673bfrQOK2rmG_Dso-eT9N7tv10vJ0SsCQ/s1600/klausa+depan.JPG



Penggabungan klausa induk dan klausa anak berarti klausa tersebut memasuki tahap struktur kalimat. Penghubungan antar klausa ini mensyaratkan kehadiran konjungsi (kata sambung). Dilihat dari perilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungsi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu konjungsi koordinatif (dan, serta, atau, tetapi, . . .); konjungsi korelatif (baik . . . maupun . . .; entah . . . entah . . .; tidak hanya . . ., tetapi juga . . .; . . .); konjungsi subordinatif (sejak, karena, setelah, seperti, agar, dengan, . . . .); dan konjungsi antarkalimat (meskipun demikian begitu, kemudian, oleh karena itu, bahkan, lagi pula, . . .).

Contoh:
a. Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu.
b. Entah disetujui entah tidak, dia tetap akan mengusulkan gagasannya.
c. Narto harus belajar giat agar naik kelas.
d. - Kami tidak sependapat dengan dia. Kami tidak akan menghalanginya.
d. - Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu, kami tidak akan menghalanginya.


 

Sample text

Sample Text

Terima Kasih Telah Mengunjungi blog saya

Sample Text